Jeong Hoon's Quotation

Saturday, November 15, 2008

Perhaps This Is Life 04





Shenka dan Christ sudah sampai dikomplek pertokoan tempat muda mudi biasa shopping. Sudah memasuki beberapa toko untuk mencari hadiah ulang tahun untuk Bei Ya Ma Ma, yang tak lain kakak laki-laki Shenka yang sekarang bergelar Bei Ya Park Shin Yang Ma Ma, gelar seorang raja kecil. Shenka juga ingin sekaligus mencari gaun untuk pesta nanti. Dan mereka pun asyik bercakap-cakap tentang banyak hal.

“Christ lihat!”

“Apa?”

“Lihat baju itu. Itu yang ada dietalase Givenchy. Ayo cepat. Kau coba yah, pasti keren. Kau kan tinggi cocok banget satu stel itu. Dan warna hitamnya pas banget kok. Ayo cepat” Shenka menarik tangan Christ.

“Ma Ma...tunggu...” teriak Christ sambil berusaha melepaskan tangannya dari tarikan Shenka.

Mereka memasuki butik itu. Pelayan butik segera menyambut mereka. Shenka langsung menunjuk baju yang dipajang dietalase depan.

“Ukuran Tuan ini ya” kata Shenka menjelaskan.

“Ma Ma...saya tidak mungkin bisa...”

“Sudah...cepat coba sana, biar aku bisa lihat ok. Ayo cepat jangan bengong disitu. Eh kau tadi memanggilku apa?”

Christ tidak menjawab pertanyaan Shenka. Dia menuju ruang ganti. Sementara itu Shenka menunggu diruang tunggu sambil membolak balik halaman majalah mode. Lama juga Christ berganti pakaian. Shenka berdiri dan berjalan-jalan untuk melihat-lihat koleksi pakaian dibutik tersebut. Dia menuju rak bagian sweater.

“Wah...ini cocok untuk kakak. Pas banget warnanya, biru tua kesukaan kakak. Hhheeemmm...” kata Shenka pelan.

Lalu Shenka mengambil sweater itu dan diberikan ke pelayan butik supaya membungkusnya. Sambil tersenyum kecil dia kembali ke ruang tunggu. Puas rasanya. Selain hadiah untuk Bei Ya Ma Ma, Shenka juga ingin menghadiahkan sesuatu untuk Christ sebagai rasa terima kasihnya karena telah memberinya solusi untuk masalah beberapa minggu lalu. Tiba tiba Shenka mendengar seseorang berdehem. Dia mendongak...Christ sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk, disebelahnya berdiri seorang pelayan butik yang tadi menyambut mereka.

Christ terlihat tambah gentle dan...ah tidak terkatakan. Pokoknya ok banget. Sambil tersenyum Shenka berdiri menghampirinya.

“Nona satu stel ini amat cocok untuk tuan ini, lihatlah sendiri, dia terlihat gagah” kata sang pelayan butik kepada Shenka.

“Betul. Christ bagaimana menurutmu?” tanya Shenka sambil berkacak pinggang didepan Christ.

“Tapi Shenka, ini terlalu ma...” sahut Christ terputus.

Shenka mengamati Christ sebentar, lalu berkata pada pelayan butik “Baiklah, bisa kau bungkuskan ini”

“Baiklah nona. Mari Tuan saya bantu untuk melepaskannya” katanya sambil tersenyum.

“Shenka...dengarkan aku dulu!” teriak Christ sambil menarik lengan Shenka.

“Ha...ada apa?” kata Shenka sambil melotot kearah Christ, lalu Shenka melanjutkan “Menurutku itu hadiah yang pas banget khan. Terima kasih ya sudah membantu untuk mengepasnya. Dia pasti senang, bagaimana menurutmu?”

“Maksudmu...pakaian ini bukan...”

“Sudahlah cepat kekamar ganti, kau sudah ditunggu itu. Ayo cepat – cepat aku sudah lapar ini” rengek Shenka sambil mendorongnya untuk berjalan kekamar ganti.

Christ hanya bisa diam. Shenka pun bisa tersenyum dalam hati. Pasti Christ mengira hadiah itu buat Bei Ya Ma Ma. Shenka menuju meja kasir dan membayar bon yang sudah tercetak atas namanya. Tidak apalah mahal sedikit asal dengan senang hati memberikan semuanya untuk orang orang yang berjasa baginya.

Christ sudah ada dibelakangnya saat Shenka selesai membayar nota. Sambil menenteng bawaan dua tas besar, Shenka mengajaknya jalan lagi. Terlihat Christ masih ingin mendengarkan penjelasan dari Shenka.

“Jadi pakaian itu bukan untuk saya kan?” tanya Christ masih penasaran.

“Memangnya kenapa? Ehh kau ini jangan berpikiran macam macam ya. Ayo kita makan, aku sudah lapar nich. Kali ini kau ya yang pilih makan dimana” kata Shenka memerintah.

“Baik” kata Christ patuh.

Mereka berjalan lagi. Dan mulai naik lantai dua, naik lagi dan naik lagi, akhirnya sampai dilantai paling atas tempat food courth. Christ mengajak Shenka makan direstoran Prancis. Tidak terlalu lux interior dalam restaurant tapi cukup nyaman.

Shenka sedikit terkejut, ternyata Christ sepertinya biasa dengan restaurant ini. Pelayan langsung menyambut mereka.

Tanpa melihat menu, Christ memesan Steam Scampi. Sementara itu Shenka masih membolak balik menu. Akhirnya dia memutuskan untuk memesan Fried Soft Shell Crab Beer Batter. Untuk appetizer sudah dipesan. Selera mereka untuk makanan utama ternyata sama, Grilled Tournedos. Makanan penutupnya mereka berdua memilih Strawberry & Kiwi Macaroon.

“Anda berdua ingin minum apa?” tanya pelayan restaurant.

“Red Wine” jawab mereka berdua bersamaan.

Lalu mereka berdua saling memandang keheranan lalu tertawa bersama.

“Baiklah Red Wine. Anda berdua memang pasangan yang serasi ya rupanya” kata pelayan sambil tersenyum ramah. “Biar saya ulangi pesanan kalian berdua, Steam Scampi 1, Fried Soft Shell Crab Beer Batter 1, Grilled Tournedos 2 dan penutup Strawberry & Kiwi Macaroon serta Red Wine. Akan segera kami hidangkan. Terima kasih” kata sang pelayan sambil berpamitan.

“Christ kau sering kemari ya?”

“Begitulah...saya suka makanan dan suasana disini. Lumayan enak dan tidak terlalu mahal. Semoga Ma Ma suka” jawabnya.

Kemudian Christ melanjutkan “Ma Ma, setelah ini kita pergi kemana lagi?”

“Tidak tahu. Tapi yang jelas aku belum dapat gaun”

Sambil melihat jam, Christ berkata “Sekarang sudah jam 7.30 malam lebih baik kita pulang”

“Aku masih ingin jalan jalan. Nanti kalau aku sudah merasa lelah baru kita pulang. Eh tadi kau memanggilku apa? Ma Ma?”

“Tidak keberatankan? Ma Ma lebih enak diucapkan dan lebih enak didengar. Selain itu saya juga memang harus memanggil anda dengan sebutan begitu bukan?” kata Christ sambil tersenyum ragu.

“Benar juga. Tapi masalahnya aku TIDAK SUKA! Kau panggil Shenka saja, seperti yang lainnya”, Shenka menerangkan.

“Tapi…” Christ terhenti sebentar.

Dia tahu majikannya satu ini ingin sekali diperlakukan seperti orang biasa. Tapi tetap saja tidak bisa. Dia adalah seorang puteri kecil. Puteri kecil yang dari dulu diam diam Christ kagumi.

“Baiklah kalau Ma Ma menghendaki demikian”, kata Christ sambil tersenyum.

“Lagian kau sudah setuju beberapa hari lalu. Jadi biasakan mulai sekarang! Umm…memangnya kau sudah ingin pulang Christ?” tanya Shenka.

Christ menggelengkan kepala.

Mereka sempat terdiam cukup lama. Shenka bingung topik apa yang cocok untuk diomongkan dengan Christ. Dari jauh terlihat seorang pelayan berjalan kearah meja mereka. Rasa lega menghinggapi Shenka, suasana tertolong dengan datangnya makanan pembuka yang mereka pesan.

Shenka terlihat menikmatinya. Entah karena enak atau lapar, dia lahap makanan sampai habis tak tersisa. Diam diam Shenka memperhatikan cara Christ makan. Ternyata dia tahu aturan main dalam jamuan ala Prancis dan dia kelihatan amat sopan. Shenka tersenyum geli dan heran juga.

Tak lama kemudian hidangan utama datang beserta anggur merah. Tanpa panjang lebar Shenka segera menyantapnya. Perutnya benar benar kelaparan rupanya. Melihat Christ makan begitu sopan, dia jadi malu sendiri. Bagaimana bisa seorang pria bisa begitu santun dalam hal makan. Amat menjengkelkan pikirnya.

“Setelah ini kita jalan lagi ya. Kenyang sekarang. Tunggu sebentar ok. Heemmm...lumayan enak makanan disini ya. Pelayanannya juga cukup memuaskan. Ini untuk tipsnya” kata Shenka sambil mengeluarkan sejumlah uang.

Tapi tiba tiba Christ menyentuh tangan Shenka sambil berkata “Tidak usah Shenka, biar aku saja”

“Lain kali kita makan lagi yah. Kau yang mentraktirku lagi seperti sekarang okay” kata Shenka sambil tersenyum nakal.

Setelah duduk beberapa lama, mereka meninggalkan restaurant tersebut dengan rasa puas. Setelah berjalan beberapa lantai, rasa capek mulai menghinggapi keduanya. Christ juga terlihat kusut karena keringat.

“Christ kita pulang saja ok. Capek nih. Mana badanmu bau lagi. Pasti gara gara belum mandi” kata Shenka sambil menutup hidung.

“Tapi kau lebih bau” kata Christ sambil tertawa.

“Apa!!!” jawab Shenka sewot sambil melotot.

“Iya bau! Bau harum he...he...he...” Christ tertawa terkekeh.

Sambil bergurau, mereka berjalan menuju pelataran parkir yang ada dilantai bawah tanah. Setiba didalam mobil, Shenka langsung merebahkan tubuhnya kekursi mobil yang empuk. Rasa penat dan gerah terasa olehnya. Shenka tidur tiduran sementara Christ bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti musik yang diputar dari radio.

“Paman Kim, anda sudah makan? Sebab dari tadi siang anda ada dimobil terus menerus. Kalau belum kita mampir dulu di restaurant fastfood didepan tikungan itu sebentar ya” tanya Shenka sambil memperhatikan Kim Yi Soo sopir pribadinya dari dia kanak kanak, yang setia dari pagi sampai malam begini menunggunya didalam mobil.

“Ah tidak usah Goong Ojoo Ma Ma, tadi saya sempat membeli makanan sewaktu Ma Ma ada di Plaza. Ma Ma tidak usah repot” jawab Paman Kim.

Shenka benar benar capek dan berusaha untuk merebahkan tubuhnya dikursi mobil. Tapi matanya tidak bisa terpejam.

“Paman Kim, masih ingat sewaktu paman pertama kali datang dan melamar menjadi sopir untuk A Pa, tapi akhirnya malah sering mengantar jemputku sekolah? Kira kira umur berapa paman waktu itu?” tanya Shenka.

A Pa adalah panggilan untuk ayahnya dan A Ma untuk ibunya.

“Umur 25 tahun Ma Ma.”

“Paman coba kau lihat Christ sekarang” kata Shenka sambil beranjak dari kursi mobil yang dia duduki dan mendekati Christ dari belakang.

Christ menoleh kebelakang kearahnya. Wajah mereka berdua berpandangan.

Tiba tiba dada Shenka berdetak agak kencang dan suaranya tiba tiba bergetar.

“Ehh...coba paman perhatikan Christ, bukankah paman dulu mirip dengannya sewaktu paman masih muda?” kata Shenka sambil tersenyum dikulum.

“Ah masak...Tuan Christ lebih gagah kelihatannya dan juga...tampan” kata Paman Kim sambil terkekeh kecil.

Christ tampak memperhatikan Paman Kim.

Tanpa Christ sadari, Shenka memperhatikan bentuk wajah Christ. Wajah yang keras karena kehidupan tetapi hatinya baik dan murah senyum. Senyum yang dihiasi lesung pipit yang membuatnya kelihatan ramah.

“Christ kau sudah punya teman wanita?” tanya Shenka angin anginan sambil tetap duduk jongkok dibelakang Christ.

Tiba tiba Christ menoleh kebelakang dan kepala mereka berdua berbenturan. Samar Shenka mendengar Christ mengaduh.

“Auu...kau ini apa apaan sich. Sakit tahu!” seru Shenka sambil mengusap dahi.

“Maaf Shenka”, kata Christ.

Paman Kim tertawa kecil.

“Ahh sudahlah. Cuma ditanya begitu saja kepalaku yang kena”

“Maaf saya benar benar tidak sengaja” kata Christ.

Kemudian Shenka tertawa, “Sudahlah aku tidak apa apa kok”

Christ terdiam. Dan mereka semua juga terdiam. Tak lama kemudian Shenka sudah tidak mendengar apa apa lagi alias tertidur.



...to be continue...

No comments:

Related Posts with Thumbnails