Jeong Hoon's Quotation

Monday, May 11, 2009

Perhaps This Is Life 15




Setelah acara perkenalan itu, Alec lebih banyak menghabiskan waktunya di Korea daripada di China. Ayahnya Soon Ji You adalah keturunan orang Korea biasa yang cukup terpandang di China. Sementara ibunya, Yeoh Shao Fen adalah warga Yunnan tapi memiliki garis keturunan yang sama dengan garis keturunan Ibu Suri Kerajaan Korea sekarang, yaitu Yeoh Man Yuk Goong Ma Ma atau yang biasa dipanggil Nana oleh Shenka. Yeoh Shao Fen adalah kakak Yeoh Man Yuk. Mereka hanya beda tiga tahun. Dan Alec Soon adalah anak ke-9 dari pasangan Soon Ji You dan Yeoh Shao Fen. Agak rumit memang. Tapi alasan inilah kenapa Goong Ma Ma menjodohkan Shenka dengan Alec. Tali persaudaraan yang erat harus tetap dijaga.

Walaupun Alec tidak begitu mengenal Shenka, tapi paling tidak sekarang dia merasa tertarik oleh putri itu. Membaca beritanya tiap hari, membuat Alec tahu lebih banyak tentang kepribadian Shenka. Tapi khusus hari ini dia ingin menghabiskan waktu untuk berkeliling Seoul seorang diri. Dia memasuki kawasan Namdaemun Market. Terletak disebelah selatan Seoul. Ini merupakan tempat belanja favorite bagi masyarakat local yang ingin membeli barang barang fashion. Alec ingin mencarikan oleh oleh untuk Ibunya.

“Annyeonghaseyo (good morning). Myeon ttoneun ul eodie isseoyo (where can I get cotton or woolen)?” Tanya Alec terbata bata.

“Jeogi (over there),” kata penjual roti sambil menunjuk deretan toko yang bercat hijau.

“Jeogi?” Tanya Alec ragu ragu.

“Majayo (that’s right).”

“Gomawoyo seongsaengnim (thank you Sir),” kata Alec lalu membungkuk memberi hormat.

“Gwaenchanayo (you’re welcome).”

Dengan semangat Alec berjalan menuju deretan toko itu. Dengan bahasa Korea yang agak patah patah, dia nekat menawar barang. Setelah memilih milih beberapa wool dan katun, dia mencoba menawarnya. Ibunya suka menjahit, makanya dia ingin membelikan beberapa lembar kain dengan motif tradisional Korea. Ayah dan Ibunya sudah berpisah, karena itu pulalah dia tinggal di China dari umur 10 tahun sampai lulus kuliah.

“Igeo sagesseoyo (I’ll take this one). Eolmayeyo (how much)?” Tanya Alec mulai menawar.

“Yukcheon (6000 won / US$5).”

“Ya! Neomu bissayo (it’s too expensive).” Alec terkejut.

Si penjual hanya menggeleng gelengkan kepala. “Neomu ssada (It’s cheap).”

“Samcheon (3000 won / US$2.5)? Sada i myeon hen sam ul ogesseyo (I’ll buy two cottons and three woolens).”

“Ok. Deurigesseoyo (ok. I’ll give it to you).”

“Igeo seonmulpojang jom hae jusigesseoyo (could you gift wrap it please)? Ttoneun syopingbaek hana jusigesseoyo (or do you have a bag for me please)?” Tanya Alec sopan.

“Ne (yes),” kata si penjual singkat.

Setelah membayar, Alec berjalan lagi. Dia mengembungkan mulutnya. Lidahnya kelu karena berusaha bicara dengan bahasa asing. Tiba tiba perutnya berbunyi. Alec meraba perutnya pelan. Lapar menghampirinya. Dia melihat sekelilingnya. Tidak ada kedai makanan. Dia berjalan pelan dan berusaha menemukan sebuah kedai yang menjual apapun jenis makanannya. Kurang memperhatikan jalan, Alec menabrak seseorang. Dia terkejut dan orang itu adalah seorang pemuda dan sekarang sedang duduk terjatuh. Alec membantunya berdiri.

“Joesonghaeyo (I’m sorry),” kata Alec pelan.

“Gwaenchanayo (that’s all right),” kata pemuda itu yang tidak lain adalah Yool. Lee Yool.

“Gireul ireosseoyo (I’ve lost my way). Jo-eon hanggungmal mot hamnida (I don’t speak good Korea). Algesseoyo (understand me)?” Tanya Alec sambil menggaruk garuk kepala lalu dia berkata lagi, “Jom dowa jusigesseoyo (could you help me)?”

“Ne (yes). Yeong-eo haljjul aseyo (do you speak English)?” Tanya Yool tersenyum.

“Ohh…akhirnya! Akhirnya…” Alec tertawa. Ada kelegaan didalam hatinya. Dia merangkul Yool erat erat sambil menepuk nepuk punggung Yool dan tertawa keras keras. Sesaat kemudian Alec melepaskan pelukan persahabatannya itu. “Je ireumeun Alec Soon immida (my name is Alec Soon). Ireumi mwoeyo (what’s yours)?”

Yool tersenyum seperti biasa. “Lee Yool. Panggil saja Yool.”

“Huuhhh…kau tahu, lidahku kelu. Aku bisa bahasa mandarin dan jepang, jadi pas belajar belajar bahasa korea, memoriku seperti diaduk aduk. Soalnya ejaannya nggak jauh jauh beda tapi artinya amat sangat jauh berbeda,” kata Alec bersemangat.

“Turis?” Tanya Yool.

“Ooo…bukan. Ayahku orang Korea, tapi aku tinggal di China bersama Ibuku.”

“Ooo begitu rupanya.” Yool mengangguk angguk.

“Sebenarnya aku lapar. Dari tadi sudah putar putar mencari kedai makanan. Tapi tidak berhasil,” kata Alec menghela napas.

“Ooo kedai makanan. Kau harus jalan lurus kesana, lalu belok kanan. Kau akan menemukan tulisan Hwanghak-dong Flea Market. Disana dijual banyak jenis makanan. Dari makanan tradisional sampai fast-food ala barat,” kata Yool menjelaskan.

“Okay…kalau begitu kita pergi sama sama saja. Aku yang traktir. Sebagai tanda pertemanan kita, tidak masalahkan?”

“Eee…sebenarnya aku tidak bisa. Tapi…” Yool mempertimbangkan sebentar tawaran Alec. “Tapi…baiklah. Walaupun aku sudah agak lelah, tapi ayo kalau mau mengajakku makan.” Yool tertawa kecil melihat teman barunya.

Akhirnya mereka berdua berjalan bersama. Tanpa mereka sadari, mereka adalah dua orang yang berhubungan dengan Shenka.

***

Didalam restaurant yang menyajikan makanan khas Korea, mereka memesan makanan seperti orang kelaparan selama tiga hari.

“Aku ingin bibimbap (sejenis sayuran yang disajikan diatas nasi dengan saos cabe merah), kimchi dan samgyetang (sup ayam ginseng). Kau pesan apa?” Tanya Alec santai sambil meraba perutnya pelan yang sedang kelaparan.

“Galbi (steak iga) dan shinseolo (steamboat mini yang diisi dengan daging dan sayuran). Itu saja,” kata Yool pelan.

“Kau tahu, kenapa aku suka Korea?” Tanya Alec.

Yool hanya menggelengkan kepala.

“Karena kalian suka makan, seperti aku.” Alec tertawa pelan. “Kau tinggal dimana?”

“Seharusnya dua bulan yang lalu aku ada di Jepang, tapi karena sesuatu aku masih disini. Dan kau?”

“Ayahku ada rumah dijalan chamoe (melon). Sementara ini aku tinggal dengannya.”

“Bagitu rupanya,” kata Yool singkat. Yool orang yang tertutup. Beda dengan Alec. Terhadap orang baru yang dikenal, dia akan cenderung banyak mendengar apa yang dikatakan orang itu. Sementara Alec orang yang supel. Walaupun bukan tipe penggembira, tapi dia cukup pandai untuk memulai suatu pembicaraan. Dan dia tahu Yool agak kikuk melihat caranya. Karena Alec orang baru di Korea, makanya dia berencana akan banyak bertanya pada Yool.

“Kau sudah pergi kemana saja?” Tanya Yool pelan.

Alec hanya menggelengkan kepala. “Aku hanya dua kali masuk Kyoungbokkung Goong.”

Yool terkejut. “Kyoungbokkung Goong?”

“Iya. Kira kira dua bulan lalu.”



Kyoungbokkung Goong atau Kyoungbokkung Palace adalah nama kompleks istana utama, tempat tinggal keluarga kerajaan. Disanalah Bei Ya Park Shin Yang tinggal bersama keluarganya. Juga Park Shenka Goong Ojoo Ma Ma dan Yeoh Man Yuk Goong Ma Ma. Disana pulalah saat Yool berusia 19 tahun resmi diberi gelar Lee Yool Seong Junna atau Pengeran Lee Yool Pewaris Tahta III. Dengan gelar itu dia menduduki urutan ketiga pewaris tahta setelah Park Jeong Hoon Ieong Junna (putra pertama dari Bei Ya Park) dan Park Sang Woo Yeong Junna (adik dari Bei Ya Park dan kakak Shenka). Gelar itu pulalah yang menegaskan hubungan darah antara dirinya dengan Shenka. Maka berakhirlah semua yang pernah dia jalani bersama Shenka. Walaupun sedikit orang yang tahu masalah ini, tapi tetap harus ditutupi serapat mungkin. Pihak istana tidak mau ada gossip. Keputusan Yool untuk hidup diluar istana merupakan jalan keluar yang baik bagi kedua belah pihak. Karena itulah Bei Ya Park memberinya ijin penuh untuk keluar masuk istana hanya dengan menunjukkan plakat emas yang bertuliskan gelarnya. Tanpa sadar Yool mengingat kembali saat dia dinobatkan menjadi salah satu anggota keluarga kerajaan. Untuk pertama kalinya dia melihat dirinya memakai pakaian kerajaan yang melambangkan ke-pangeranan-nya. Dengan rambut masih disemir, dia memakai topi kebesarannya. Tidak ada kegembiraan dimukanya. Dia mengikuti Ibunya dari belakang. Ibunya mendapat gelar Lee Shin Ru Nyang Ma Ma (Selir Lee). Paling tidak ada satu hal yang bisa membuatnya bahagia yaitu akhirnya dia tahu siapa ayahnya, walaupun dia tidak memakai marga ayahnya yang Park. Tapi semua itu harus dibayar mahal oleh Yool. Jalan hidupnya berubah total.

“Hooi! Kau melamun apa?” Alec mengageti Yool dengan menggrebak meja keras keras.

Yool tergagap. Tapi bukan Yool namanya kalau tidak bisa segera menutupi suasana hatinya dengan rapat. Dia tersenyum pada Alec sambil menggelengkan kepala.

“Eh kau tahu Yool, senyumanmu itu lho…”

“Kenapa?” Tanya Yool.

“Manis. Kayak cewek,” kata Alec lalu tertawa.

Yool ingat kata kata Shenka. Neomu darayo atau too sweet.

***

Makanan sudah disiapkan dimeja. Sambil melahapnya, Alec dan Yool bercakap cakap. Pada suatu pembicaraan, Alec menyinggung masalah Shenka. Yool hanya tertunduk sambil tetap melahap makanannya. Yool hanya mendengar komentar komentar Alec seputar Shenka. Terkadang Yool tersenyum pas Alec memuji Shenka. Kadang juga dia mengerutkan dahi pas Alec sedikit mengkritik penampilan Shenka didepan umum. Akhirnya Yool berkomentar juga. “Sepertinya kau mengenalnya dengan baik. Pernah bertemu dengan Goong Ojoo Ma Ma?” Tanya Yool.

Alec tertawa cekikikan. “Kau pasti tidak percaya padaku. Huuhhh…tapi sudahlah. Secara paket, keseluruhannya baik. Tapi ada satu hal yang membuatku tidak nyaman.”

“Apa?”

“Caranya melihatku. Sepertinya aku kutu busuk yang siap menyergapnya.”

Yool terdiam. Dia mengangkat kepalanya, lalu menatap Alec dalam dalam. Dia tahu Alec jauh lebih tua darinya tapi mukanya masih tetap muda alias baby face. Dan tidak ada aura seorang pembual. “Apa hubunganmu dengan istana? Kau tadi bilang dua kali kesana, lalu sekarang kau berbicara tentang Goong Ojoo seolah olah kau mengenalnya dengan baik. Ada apa sebenarnya?”

Alec agak kebingungan menjawab pertanyaan Yool. Dia tidak ingin Yool tahu masalah perjodohan itu. “Emm…itu semua gara gara ayahku. Ayahku khan Duta Besar China untuk Korea. Dan Goong Ojoo akan mengambil gelar S2-nya dengan topik Forbidden City. Dan aku sebagai penterjemahnya. Begitulah…” Alec tersenyum lega karena berhasil memberi alasan yang masuk akal.

“Jadi ayahmu Duta Besar? Huummm…menarik,” kata Yool sambil mengangkat gelasnya.

“Aku masih harus berkeliling mencari oleh oleh. Kau bisa menemaniku khan? Semua aku yang tanggung dech. Kita sudah menjadi teman, bagaimana?” Tanya Alec.

“Aku sedikit lelah. Apa masih banyak yang ingin kau beli?”

Alec mengangguk mantap.

“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu?” Yool berusaha mencari jalan keluar. “Kau catat saja nomer telp-ku. Dua hari dari sekarang kita ketemu lagi ok. Badanku capek semua. Bagaimana?”

“Okay…berapa telp-mu?” Alec bersemangat. Akhirnya mereka sepakat untuk bertemu lagi dua hari lagi di Samch’ong Park. Sebuah taman yang luas dan indah yang terletak dekat dengan The Blue House ( tempat tinggal Perdana Merteri Korea ).

Badan Yool terasa sangat lelah karena dua hari ini dia harus mengantar Karen Rosenberg dan Dennis Lieberman, dua koleganya dari National Geographic Society untuk mempresentasikan karya ilmiah mereka mengenai “Berjalan Tegak” di Universitas Seoul. Yool diberi kehormatan untuk membuka kuliah umum itu. Dengan tidak ada pengalaman sebagai dosen, akhirnya dia memutuskan untuk memberi kata sambutan singkat sebelum Rosenberg dan Lieberman memulai kuliahnya.



…Kita adalah makhluk yang aneh. Makhluk hidup berkaki dua, tidak berekor dengan tulang punggung yang berliku liku, lengan dan tungkai yang panjang, telapak kaki melengkung dan ukuran otak yang sangat besar. Tubuh kita merupakan mosaik fitur fitur yang dibentuk oleh seleksi alam yang melampaui periode waktu yang lama. Kita mampu berdiri, berjalan, serta berlari dengan luwes dan tahan lama, namun dapat menderita nyeri kaki dan cedera lutut. Kita juga mampu melahirkan bayi berotak besar, namun dengan rasa sakit dan resiko yang besar. Para ilmuwan telah lama mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana tubuh menjadi seperti sekarang. Kini dengan menerapkan berbagai metode baru dari beragam disiplin ilmu, mereka menemukan bahwa kebanyakan dari kekurangan struktur fisik dalam ‘desain’ kita memiliki tema umum. Kekurangan itu terutama berasal dari berbagai kompromi evolusioner yang terjadi saat para leluhur kita berjalan tegak. Ini merupakan langkah pertama dalam jalan panjang menjadi manusia sekarang…
( dirangkum dari jurnal National Geographic Society ‘Berjalan Tegak’ – sebagai pembuka kulian umum Departemen Science Universitas Seoul )

… to be continue …

No comments:

Related Posts with Thumbnails