Jeong Hoon's Quotation

Saturday, April 11, 2009

Perhaps This Is Life 13



Sudah dua bulan berlalu sejak kepergian Yool ke Jepang. Sudah sebulan ini hubungan Shenka dan Christ semakin dekat. Walaupun begitu dalam diri Shenka sendiri masih bingung pada perasaannya untuk Christ. Dia takut kalau perasaan ini hanya sebagai pengganti rasa kesepiannya karena kepergian Yool. Karena itu pulalah Shenka selalu berusaha menahan diri bila bertemu dengan Christ walaupun didalam hatinya dia sangat senang bila melihat wajah sangar Christ yang cool dan lesung pipitnya bila dia tersenyum. Shenka bangun pagi dengan semangat. Dia buru buru mandi. Dengan mengenakan jeans dan kaus warna warni berkerah U kegemarannya, dia keluar kamar kearah ruang kerjanya. Hatinya gembira. Rasanya melayang dan ingin terbang.

“Goong Ojoo Ma Ma…selamat pagi,” suara Hwang-ssi sedikit mengejutkannya.

“Pagi Tuan Hwang Ho Jin,” sapa Shenka sambil tersenyum.

Hwang-ssi mengerutkan dahi mendengar Shenka memanggil namanya dengan lengkap. “Ma Ma ingin sarapan sekarang? Akan saya siapkan segera.”

“Sebentar lagi Hwang-ssi. aku ingin menemui seseorang sebentar,” kata Shenka tersenyum lagi. Kemudian dia melangkah meninggalkan Hwang-ssi. Shenka menuju ruang kerjanya. Saat berbelok kekanan, dia hampir saja bertubrukan dengan Christ yang rupanya terburu buru.

“Aaahhh…hampir saja.”

“Eh Goong Ojoo Ma Ma. Selamat pagi,” kata Christ memberi salam.

“Pagi Christ,” salam Shenka tersenyum nakal. “Christ…hari ini kau ada acara?”

“Tidak. Ma Ma tidak ada agenda khan hari ini?”

“Umm…kau tidak mengunjungi kekasihmu?” tanya Shenka sedikit menyelidik.

Christ tersenyum, “Kalau anda menyinggung masalah itu sekali lagi, jangan salahkan kalau saya harus mencium anda nantinya.”

“Ha! Apa hubungannya?” Shenka protes.

“Sudah saya katakan, saya tidak punya pacar. Dan Chalice bukan pacar saya,” kata Christ tegas mendelik.

“Ooo…jadi namanya Chalice,” kata Shenka tersenyum dan berkacak pinggang. “Beraninya mengancamku dengan ciuman.” Shenka menantang Christ kali ini, “Mau menciumku?!? Heh heh heh…ayo cium…cium kalau mau.” Shenka bergerak maju secara agresif kearah Christ dengan maksud menggodanya.

Christ mundur beberapa langkah, “Ehh…ini aneh. Kenapa tiba tiba ingin aku cium. Apa gara gara malam yang dulu itu? Pelukanku hangat ya? Aku peluk saja bagaimana ha?” kata Christ dengan mengerlingkan matanya dengan nakal.

Shenka berekpresi jengah. Lalu dia berkata, “Sudah…sudah…jangan mempermainkan aku. Kita sarapan saja. Setelah itu…baru kita pikirkan akan melakukan apa hari ini ok.” Shenka menarik lengan Christ kuat kuat menuju ruang makan.

Christ salah tingkah, karena dia tidak menyangka Shenka akan menggandengnya. Mereka memasuki ruang makan. Hwang-ssi sudah hampir selesai menyiapkan. Shenka menghampiri Hwang-ssi, kali ini dia sudah melepaskan tangan Christ. “Hwang-ssi…aku ingin sarapan dengan Lee You-ssi pagi ini. Jadi tolong dibuat agak istimewa kali ini, bisa khan?”

“Eh! Tentu. Tentu bisa Ma Ma.” Hwang-ssi terkejut dengan keinginan Shenka. Sesaat kemudian Hwang-ssi memandang Christ yang ada dibelakang Shenka. Lalu Hwang-ssi berlalu begitu saja meninggalkan ruang makan.

“Ma Ma tidak perlu seperti ini,” kata Christ pelan.

“Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang dari dulu ingin aku lakukan. Sekarang adalah waktu yang tepat. Aku mohon kau mau sarapan denganku. Ahh…aku ada ide. Tunggu sebentar disini ya,” kata Shenka sambil berlalu meninggalkan Christ sendiri diruang makan.

Shenka menuju dapur. Dikepalanya terlintas satu ide. Hanya satu masakan yang dia kuasai…Kwee Tiaw Goreng Seafood…dengan cekatan Shenka menyiapkan bahan dan kemudian memasukkannya menjadi masakan. Hwang-ssi hanya diam disebelahnya, memperhatikan junjungannya memasak. Setelah 30 menit masakan sudah siap.

“Maaf lama. Kau belum pingsan khan menunggu makanannya siap?” goda Shenka sambil tersenyum kearah Christ.

Christ tertawa kecil. “Awas kalau aku sampai sakit perut ya.”

“Dijamin…” Shenka tertawa.

“Maksudnya?”

“Dijamin sakit perut!” Shenka pun tertawa terbahak kali ini.

Christ hanya memonyongkan bibirnya. Kemudian mereka mulai menyantap makan paginya yang rada aneh. Jam sembilan pagi sarapan dengan kwie tiaw. Agak aneh memang. Tapi ketenangan sarapan pagi mereka diganggu dengan kedatangan Hwang-ssi yang memberitahukan adanya telp dari Goong Ma Ma untuk Shenka. Shenka pun berdiri dengan malas.

“Tunggu sebentar ya. Kau selesaikan sarapanmu ok…” kata Shenka dengan tersenyum. Kakinya melangkah dengan malas keruang kerjanya. Dalam pikirannya apapun yang berhubungan dengan Goong Ma Ma pasti tidak jauh dari Alec Soon. Dari pertemuan terakhir Shenka dengan Alec dipesta ulang tahun Shin Yang, sebenarnya Shenka mendapatkan kesan baik terhadap Alec. Tapi walaupun begitu perjodohan ini bukanlah ide yang baik menurut Shenka. Dia juga tidak tahu apakah Alec mendukung masalah ini.

“Hallo…Nana?” suara Shenka pelan dan ragu ragu.

“Ahh Goong Ojoo. Kau sedang sarapan?” Tanya Goong Ma Ma diseberang dengan suara datar.

“Benar Nana. Ada apa sampai menelphonku?”

“Hanya ingin menanyakan masalah Seong Junna.”

“Yool? Ada apa dengannya?” Shenka agak kaget mendadak Goong Ma Ma menanyakan kabar Yool.

“Kamu tidak ada kontak dengannya sama sekali?” Tanya Goong Ma Ma pelan.

“Tidak Nana. Aku juga tidak tahu dia dimana sekarang. Beberapa hari setelah berangkat ke Jepang, dia mengirim email, katanya dia ingin keliling dunia. Entahlah Nana, aku tidak tahu apa maksudnya. Memangnya ada apa?”

“Nana mengkhawatirkan kesehatan Ieong Junna. Akhir akhir ini alerginya sering kambuh walaupun tidak parah. Bagaimanapun juga Nana harus ikut memikirkan kesehatan para pangeran penerus tahta. Nana punya perasaan tidak enak,” jelas Goong Ma Ma sambil beberapa kali mendesah seperti orang cemas.

“Nana jangan punya pikiran begitu. Ieong Junna akan baik baik saja. Bei Ya Park pasti memprioritaskan kesehatanya.”

“Aku tahu itu Goong Ojoo. Tapi entahlah. Nana ingin minta tolong padamu, carilah kabar tentang Yeong Junna dan Seong Junna ya.”

“Baiklah Nana. Nana juga harus jaga kesehatan. Jangan karena mengkhawatirkan hal ini, Nana jadi sakit. Okay…” kata Shenka memberi semangat.

“Baiklah. Kau teruskan sarapanmu ya. Nana pamit dulu,” kata Goong Ma Ma.

“Yee Nana. Selamat pagi,” Shenka menutup pembicaraannya.

Ieong Junna adalah gelar untuk Park Jeong Hoon, putra dari Bei Ya Park Shin Yang, yang menjadi pewaris tahta nomer satu. Sementara itu Park Sang Woo (adik Bei Ya Park Shin Yang sekaligus kakak Shenka) bergelar Yeong Junna menjadi pewaris tahta nomer dua. Dan Lee Yool, walaupun dia putra dari seorang selir, tetap mewarisi tahta di urutan ketiga dengan gelarnya Seong Junna. Shenka pun kembali berpikir tentang Yool setelah hampir dua bulan berhasil sedikit mengesampingkan perasaannya. Kabar tentang Yool adalah kabar tersulit untuk didapat walaupun dia harus minta bantuan departemen luar negeri, karena Yool sering berpindah pindah tempat. Butuh alasan yang cukup kuat untuk meminta bantuan dari departemen luar negeri, karena itulah Shenka sedikit malas. Dan untuk kakaknya sendiri, Sang Woo, sudah menetap di Milan – Italia, walaupun kadang kadang juga berputar putar sekitar Eropa untuk keperluan pekerjaannya.



...to be continue...

No comments:

Related Posts with Thumbnails