Jeong Hoon's Quotation

Saturday, February 14, 2009

Perhaps This Is Life 09



Hari ini menatapnya sekali lagi. Apa yang ada dalam bayanganku selama tidak bertemu dengannya ternyata tidaklah jauh berubah. Kalaupun status kita boleh berubah, tapi hati kita tidak. Paling tidak hatiku belum bisa berubah untuknya. Entah dengan hatinya. Tapi hari ini aku mendapat sedikit keyakinan kalau sebagian hatinya masih ada untukku. Aku tahu ini seperti melakukan sebuah kebodohan. Sebuah kalimat terbaca “dengan keberanian yang besar kita bisa menjadi terkenal dan mendapatkan apa yang kita inginkan, tapi bila terlalu berambisi bisa membawa bencana bagi keberanian itu sendiri.” Setiap kali kalimat itu aku ingat, semakin kuat hatiku menentangnya. Huuhhh…apa yang perlu aku dobrak. Jalan didepanku sudah pasti mati. Tidak bisa ada jalan belakang. Ini harga mati bagi manusia. Dan sekarang pun Tuhan mulai bersimpati padaku. Aku tidak tahu apakah ini sebuah jalan keluar dari penderitaan yang aku buat atas hati dan perasaanku. Pelan pelan aku akan berjalan mengenang apa yang pernah aku dapatkan. Dan bila waktunya tiba aku bisa meninggalkannya dengan tenang. Mungkin diamku selama ini adalah hal tertepat yang bisa aku lakukan. Mungkin senyumku adalah jawaban yang paling bisa aku berikan untuk menyenangkan mereka semua. Satu kalimat dari sebuah lagu “Tuhan kenapa kau ijinkan aku mencintai dia yang ternyata terlarang untukku.” Banyak orang bilang ini semua harus aku lalui sebagai proses hidup sekaligus pendewasaan. Tapi Tuhan…kenapa kau tidak ijinkan hatiku untuk melupakannya walaupun hanya sejenak. Dan Tuhan…kenapa kau biarkan dia tetap sendiri dan tidak kau isi hatinya dengan yang lain. Yang aku tahu Tuhan…aku hanya bisa bertahan seperti sekarang ini. Oh perasaan…perasaan dari hati dan milik jiwaku. Selamatkan aku supaya aku bisa menyelesaikan hari hari terakhirku. Beri aku kekuatan!
…Aug 15th 2006…Lee Yool…

***

“Pagi Goong Ojoo Ma Ma. Dokter Zhao sudah menunggu anda. Apa saya perlu membantu anda berbenah?” tanya Lin, sekretaris pribadi Shenka dengan kalimat hikmat penuh hormat.

“Tunggu sebentar Nona Lin, sepagi ini sudah memanggil dokter, apa tidak keterlaluan?” tanya Shenka masih dengan berselimut diatas ranjangnya.

“Hwang-ssi yang memanggilnya. Luka Ma Ma sepertinya cukup membuat Ma Ma kesulitan berjalan. Jadi…”

“Baiklah! Sebentar lagi aku turun. Tunggu saja diluar,” perintah Shenka sambil memejamkan mata.

Setelah membasuh muka, Shenka keluar dari kamar menuju ruang keluarga. Christ yang baru keluar dari ruang kerja Lin memberi hormat pada Shenka dengan diam. Shenka melangkah pelan dengan kaki agak pincang karena menahan sakit. Ternyata luka dilututnya lumayan nyeri juga bila dirasakan.

Gaea bangkit dari duduknya saat melihat Shenka memasuki ruangan. Dokter Zhao atau lebih tepatnya Gaea Zhao adalah teman Shenka sendiri sejak sekolah menengah atas. Dia adalah gadis yang amat sangat ceria dan banyak akal untuk membuat Shenka tertawa. Shenka yang merekomendasikan dirinya menjadi anggota dokter kerajaan. Itulah yang membuatnya menetap di Seoul untuk sekarang ini. Shanghai adalah tanah kelahirannya.

“Pagi Goong Ojoo Ma Ma.” Gaea memberi salam pada Shenka lalu tersenyum padanya. “Sakit apa Tuan Putri yang cantik sampai pagi pagi saya harus menghadap?” tanya Gaea dengan nada menggoda dan mata lebarnya melihat Shenka dengan genit.

“Lututku,” kata Shenka menunjuk lutut yang sudah dibalut perban.

“Sebesar ini masih bisa jatuh?”

“Hah. Kau ini…memangnya tidak pernah jatuh ha?”

“Aku dengar gossip, semalam pergi dengan Yool ya?” tanya Gaea menyelidik.

“Bukan gossip, memang pergi dengannya.”

“Apa? Dia baik baik saja setelah menghilang hampir setengah tahun?”

“Iya dia baik baik saja.”

“Kalung itu? Darinya ya?” tanya Gaea tersenyum, lalu duduk lebih dekat dengan Shenka.

Shenka hanya mengangguk pelan. Gaea mulai membuka perban yang membalut kedua lutut Shenka. Setelah beberapa menit, akhirnya Gaea selesai mengobatinya plus memberi nasehat nasehat supaya cepat kering luka dilutut Shenka.

“Kalau kau tidak mendengarkan kata kataku, luka itu bisa meninggalkan bekas. Dengar tidak Park Shenka Goong Ojoo Ma Ma?” tanya Gaea sambil melotot kearah Shenka.

Shenka tertawa kecil, “Meninggalkan bekas juga tidak apa kok.”

“Apa sebegitu berharganya semalam sampai kau berkata begitu?”

Shenka mengangguk mantap sambil menyungging sebuah senyuman yang penuh makna. Gaea mengacak acak rambut Shenka pelan sebagai tanda sayang dari seorang teman.

“Kau belum bisa melupakannya ya?” tanya Gaea.

“Sepertinya begitu. Mati aku! Aku harus cepat cepat berganti pakaian. Yool pagi ini masuk istana. Aku harus bertemu dengannya. Maaf Gaea, aku harus cepat cepat pergi. Pergi dulu ya !!!’ Seru Shenka bergegas berdiri lalu berjalan cepat meninggalkan Gaea sendirian.

“Dasar Shenka. Baru diobati, lutut sudah dibuat lari seperti itu. Yool keistana? Heehhh…”Gaea hanya bisa menggelengkan kepala.

***

“Park Shenka Goong Ojoo Ma Ma tiba!” seorang pelayan istana meneriakkan kedatangan Shenka diistana utama kerajaan yaitu Istana Chonggikue. Shenka mengenakan pakaian tradisional hanbok lengkap. Dia ingin Yool melihatnya mengenakan pakaian kebesarannya.

Nana atau Ibu Suri ( Goong Ma Ma ) duduk ditengah, diapit oleh Park Shin Yang bergelar Bei Ya Ma Ma disebelah kanan dan Permaisuri Han Jung Eun bergelar Ge Goong Ma Ma disebelah kiri. Yool bergelar Seong Junna Ma Ma bersama ibunya duduk didepan mereka bertiga. Ibu Yool, Lee Shin Ru bergelar Nyang Ma Ma atau Selir Lee. Setelah memberi hormat pada semuanya, Shenka mengambil tempat duduk didepan Yool. Dia tersenyum kearah Yool.

“Goong Ojoo sudah dewasa sekarang,” kata Selir Lee pelan.

“Terima kasih Lee Nyang Ma Ma,” kata Shenka pelan.

“Hari ini Lee Seong Junna dan Lee Nyang Ma Ma datang berkunjung untuk memberi salam, apa kabarmu Junna?” tanya Shin Yang.

“Saya baik Bei Ya Park. Terima kasih sudah memperhatikan. Maaf kalau selama ini jarang masuk istana,” kata Yool sopan.

“Junna berencana menetap di Seoul khan sekarang?” tanya Ge Goong Ma Ma.

“Maaf Ge Goong Ma Ma,” kata Yool berhenti. Sejenak dia melihat kearah Shenka, lalu melanjutkan, “Besok saya harus meninggalkan Seoul.”

Shenka terkejut. Dia menatap Yool tajam. Yool masih menunduk menghadap kearah Ge Goong Ma Ma.

“Secepat itu Junna?” Goong Ma Ma tidak percaya.

“Iya Goong Ma Ma. Mohon maaf. Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang saya tinggalkan.” Yool tidak berani melihat kearah Shenka.

“Selama ini kau tinggal dimana?” tanya Shenka dengan nada agak tinggi.

“Mohon maaf Goong Ojoo Ma Ma kalau selama ini saya kurang tahu keberadaan putra saya. Selama ini Yool…” kata Selir Lee terputus karena Yool memegang erat tangan ibunya itu sebagai tanda jangan dibicarakan lagi.

“Seong Junna?” tanya Shenka menatap kearah Yool tajam.

Yool masih dengan menunduk menjawab, “Saya ada di Jepang Ma Ma.”

Suasana menjadi lengang. Semua orang seperti disekat mulutnya tidak bisa berkata maupun bertanya.

“Jadi selama ini di Jepang? Kenapa Hideaki tidak tahu?” gumam Shenka pelan.

“Junna…lebih baik kamu tinggal di Seoul beberapa hari lagi. Minggu depan ulang tahun Bei Ya Park, datanglah kesana. Kau akan bertemu dengan Yeong Junna juga,” kata Goong Ma Ma menjelaskan. Yeong Junna Ma Ma adalah gelar untuk kakak kedua Shenka yang bernama Park Sang Woo.

“Mohon maaf Goong Ma Ma, saya tidak bisa menunda keberangkatan besok,” kata Yool singkat.

“Begitu rupanya. Satu hal yang harus selalu kau ingat. Bahwa kerajaan ini juga keluargamu. Jadi jangan sungkan untuk datang berkunjung. Berilah kami kabar sekali kali. Jangan menghilang begitu saja. Berasal dari satu sumber, tidak mungkin akan mendapatkan perlakuaan berbeda, benarkan Lee Yool Seong Junna?” tanya Goong Ma Ma sedikit menasehati.

“Iya Goong Ma Ma,” kata Yool santun.

“Seong Junna…” kata Ge Goong Ma Ma pelan.

“Yee Ge Goong Ma Ma…”

“Apa kau tidak ada niat untuk bergabung diistana? Dengan semangat mudamu aku yakin kau bisa membantu banyak dalam agenda kenegaraan istana. Mungkin juga bisa memperingan beban Goong Ojoo,” kata Ge Goong tersenyum sambil melihat kearah Shenka.

“Aaa…Ge Goong Ma Ma, Junna akhir akhir ini kurang bagus kesehatannya. Jadi…” Selir Lee ragu ragu melanjutkan.

“Junna sakit?” tanya Shin Yang.

“Bukan. Bukan begitu Bei Ya,” kata Yool cepat cepat. Yool sempat bertatap mata dengan Shenka. Mata Shenka menandakan dia cemas. Dan Yool tidak ingin membuatnya cemas. “Begini, mungkin terlalu capek mengerjakan tugas sewaktu di Jepang. Anda pasti sudah tahu bagaimana mekanisme orang orang Jepang yang suka bekerja keras. Hanya itu saja Bei Ya.”

“Oh begitu ceritanya. Tapi kami tetap berharap suatu hari nanti kau bisa masuk istana. Apa kau tidak kasihan melihat Goong Ojoo kalang kabut menangani semua agenda kerajaan?” tanya Shin Yang dengan tertawa kecil.

Mereka semua ikut tertawa dan melihat Shenka. Yool hanya tersenyum. Shenka juga ikut tertawa.

“Kita sudah kehilangan Yeong Junna yang memilih hidup bebas diluar protokoler istana. Walaupun begitu untungnya dia tetap menjalankan beberapa agenda istana selama diluar negeri. Jadi kami harap kau juga bisa begitu,” kata Ge Goong.

“Iya Ge Goong Ma Ma,” kata Yool singkat.

“Goong Ojoo, apa kau sudah mendapat kabar dari Yeong Junna?” tanya Ge Goong.

“Iya. Saya sudah mendapat kabar. Tapi saya belum bisa memastikan apakah dia akan datang pada pesta ulang tahun Bei Ya Park,” kata Shenka santun.

Dalam aturan kerajaan, dalam situasi formal, kita tidak diperbolehkan memanggil nama. Kita diharuskan memanggil sesuai gelar tiap tiap orang yang melekat dinama mereka. Jadi akan terdengar aneh bagi yang tidak terbiasa. Biasanya memanggil kakak, tapi harus memanggil Bei Ya atau Yeong Junna.

“Ya sudahlah. Biarkan Yeong Junna tetap dengan keputusannya. Asal dia tidak menghilang, itu sudah cukup. Aku berusaha membuat keluarga kerajaan utuh dalam formasinya. Karena itu semenjak aku naik tahta, aku sudah merombak beberapa aturan istana yang membuat kaku. Aku ingin modernisasi masyarakat bisa menyatu dengan nilai nilai tradisi istana. Apa yang memungkinkan untuk aku rubah, pasti akan aku usahakan untuk berubah. Tapi tetap ada aturan yang tidak bisa dirubah, jadi tetap kita harus mematuhinya untuk menjaga keseimbangan kerajaan. Kau mengerti maksudku khan Junna?” tanya Shin Yang menatap penuh harap kearah Yool.

Yool hanya mengangguk pelan. Dia tahu apa yang dimaksud oleh Shin Yang. Hubungannya dengan Shenka diungkit secara halus didepan banyak orang, Yool pun hanya bisa tersenyum walaupun hatinya sakit.

“Baiklah. Karena Nyang Ma Ma dan Junna sudah datang, aku ingin kita sekeluarga mengadakan sedikit jamuan. Kebetulan sebentar lagi jam makan siang, jadi mohon Ge Goong Ma Ma mau menyediakan untuk kita semua,” kata Goong Ma Ma tersenyum kearah Ge Goong.

“Baik Goong Ma Ma. Saya akan segera laksanakan,” kata Ge Goong patuh. Lalu berdiri dan memberi hormat pada Goong Ma Ma sebelum meninggalkan ruangan.

Untuk menunggu makan siang disiapkan, mereka berjalan jalan ditaman istana. Komplek istana sendiri memiliki halaman yang ber-hektar hektar, dengan nama Kyoungbokkung Goong. Goong Ma Ma, Shin Yang dan Selir Lee berjalan beringinan serta bercakap cakap santai membahas jenis jenis tanaman yang ada ditaman itu. Sementara Yool dan Shenka berjalan pelan dibelakang mereka, sambil sesekali ikut dalam percakapan para tetua yang berjalan didepan mereka.

“Oe Nii terlihat lain dengan baju ini,” kata Yool pelan.

Shenka tersenyum. “Lain?”

“Lebih dewasa tapi tetap cantik.”

Shenka tertawa cekikikan. “Kau sedang merayuku ya? Dasar!” seru Shenka sambil menjitak pelan kepala Yool.

Mereka berdua terlihat kaku. Sesaat sempat saling diam karena bingung apa yang musti dibicarakan. Untungnya seorang pelayan istana utama datang memberitahukan kalau makan siang sudah disiapkan. Mereka kembali ke Istana Chonggikue. Ge Goong menyambut mereka dengan senyum cerianya yang amat dikenal dikalangan istana. Permaisuri atau Ge Goong Ma Ma dari kalangan rakyat biasa. Profesi sebelumnya sebagai artis membuatnya asing diistana sewaktu pertama kali masuk. Pembawaan yang ceria dengan rambut keriting menjadi booming saat dia masuk istana. Peraturan istana yang kaku dan ketat sempat membuatnya terkena imsonia. Hanya perhatian dari Park Shin Yang lah yang akhirnya bisa menenangkannya kembali. Setelah kelahiran putra mahkota Park Jeong Hoon yang bergelar Ieong Junna Ma Ma, Shin Yang lebih memfokuskan pada keluarganya. Dari sinilah aturan aturan istana yang kaku pelan pelan dia rubah walaupun mendapat tentangan dari sesepuh istana.

Pada meja makan yang muat untuk sepuluh orang, Goong Ma Ma duduk diujung kanan. Shin Yang, Ge Goong dan Selir Lee duduk disebelah kanan Goong Ma Ma. Sementara itu Yool dan Shenka duduk disebelah kiri. Sambil berbincang bincang mereka menyantap makanan yang telah dihidangkan.

“Saya khusus membuat Pulgoki, walaupun sebenarnya tidak masuk dalam daftar makanan istana. Hanya saja saya dengar Junna menyukainya. Makanya saya mencoba membuatnya. Cobalah Junna dan beri sedikit saja komentar ya,” kata Ge Goong dengan senyuman khasnya.

“Terima kasih sebelumnya Ge Goong Ma Ma,” kata Yool singkat. Lalu dia mengambil beberapa potong pulgoki kesukaannya. “Emm…enak tapi masih kurang gurih. Mungkin Ge Goong Ma Ma kurang lama sewaktu memanggangnya.”

“Oh begitu ya,” Ge Goong memoyongkan bibirnya.

“Oh iya...saya dengar Goong Ojoo beberapa waktu lalu sempat beramal dengan menjadi cover majalah Vogue, bagaimana ceritannya?” tanya Selir Lee tanpa curiga.

Shenka langsung tersedak. Dia batuk batuk. Yool cepat cepat mengambilkan air putih untuknya. “Umma, apa perlu hal itu dibahas?” tanya Yool pelan memandang ibunya dengan tatapan memohon.

“Ooo…aku tidak tahu. Maaf kalau menyinggung sesuatu hal.” Selir Lee nampak cemas.

“Tidak apa apa Nyang Ma Ma. Saya hanya terkejut saat anda menanyakan hal itu,” kata Shenka dengan suara serak.

Yool menggeser duduknya lebih dekat dengan Shenka. “Tidak perlu kau jelaskan masalah ini,” bisik Yool pelan.

Tapi Shenka malah tersenyum. Kemudian dia melihat ke masing masing orang yang ada disitu. “Tapi memang sich sempat ditentang Bei Ya dan juga Goong Ma Ma, tapi akhirnya jadi juga difoto. Dan dananya lumayan untuk bea siswa. Dan juga waktu itu ada yang memberiku semangat,” kata Shenka ringan

Shin Yang tersenyum kearahnya. “Untung hasil fotonya bagus. Kalau sampai seronok tidak mungkin aku disini tersenyum padamu,” katanya sambil tertawa kecil.

“Memangnya siapa yang memberimu semangat?” tanya Goong Ma Ma.

“Christ,”jawab Shenka singkat.

“Christ? Maksudmu Christ Lee You, pengawal pribadimu?” tanya Goong Ma Ma lagi.

“Betul. Dulu dia mengatakan…”

Yool tertunduk memperhatikan setiap ucapan Shenka. Dia tersenyum sendiri. Ternyata ada seseorang yang menggantikan posisinya dengan baik.

“Rupanya seperti itu,” kata Ge Goong sambil melahap salad. “Dia cocok sepertinya dengan Goong Ojoo.” Ge Goong kali ini kelewat bicara. Goong Ma Ma melotot kearahnya. Ge Goong berdehem lalu berkata, “Cocok sebagai pengawal pribadi maksud saya.”

Shenka hanya tersenyum. Dia teringat kata kata Goong Ma Ma beberapa minggu lalu tentang masalah perjodohan dengan Alec Soon. Shenka menggigit bibirnya. Tanpa dia sadari Yool memperhatikan perubahan mimik mukanya.

“Baguslah kalau Christ bisa memberi masukan yang bagus untuk Goong Ojoo. Jadi aku bisa tenang,” kata Shin Yang sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

“Junna, besok sudah harus meninggalkan Seoul. Sayang tidak bisa hadir dipesta ulang tahun Bei Ya,” kata Goong Ma Ma lesu.

“Maafkan saya Goong Ma Ma.” Yool menundukkan kepala.

“Kemarin kau pergi melihatku. Hari ini kau bersama sama dengan keluargamu. Dan besok kau sudah harus pergi. Kedengarannya egois sekali kehadiranmu.” Shenka berkata pelan tapi Yool dapat mendengarnya dengan jelas. “Sebenarnya apa maksudnya?”

Yool hanya diam. Dia tidak bisa memberi penjelasan. Dia merasakan sesak didadanya. Dia ingin menjelaskan duduk perkaranya, tapi tidak sanggup melihat Shenka menangis dan mengasihani dirinya. Jadi dia hanya bisa menggigit bibirnya kuat kuat. Yool tidak sadar betapa kuat dia menggigit bibirnya sampai akhirnya dia mengaduh. Sedikit darah segar keluar dari bibirnya. Itu membuat yang ada dimeja makan kaget.

Shenka panik dalam sekejap. Dia bergeser ke sisi Yool dengan cepat. “Biar aku lihat sebentar,” kata Shenka pelan. Dengan tangannya yang halus dia mengusap darah yang ada dibibir Yool. Ekspresinya luar biasa cemas. Dengan cekatan tangannya mengambil sapu tangan yang ada dibalik lipatan bajunya. Lalu menaburinya dengan sedikit garam yang ada dimeja makan. “Mungkin agak pedih sedikit, tapi akan membantu untuk mencegah menjadi sariawan.”

Yool meringis karena perih. Tapi dia berusaha untuk tersenyum. Sepintas dia melihat orang orang disekitar meja makan memperhatikan mereka berdua. Yool hanya bisa diam. Dalam kegalauan hati karena besok dia harus pergi meninggalkan Seoul, dia masih merasakan sedikit kebahagiaan karena bisa begitu dekat dengan Shenka didepan keluarganya.

“Bagaimana? Perih?” tanya Shenka membuyarkan lamunan Yool.

Yool hanya menggeleng pelan. “Terima kasih Goong Ojoo.”

“Kau baik baik saja khan Junna?” tanya Goong Ma Ma.

“Baik baik saja Goong Ma Ma.”

“Untung Goong Ojoo tahu pencegahannya. Makanlah dengan hati hati.”

“Baik Goong Ma Ma. Maaf sudah membuat kalian cemas,” kata Yool pelan. Tangan kirinya dia turunkan dibawah meja, lalu dia menarik pelan lengan baju Shenka yang melebar kebawah. Shenka menoleh kearahnya, lantas tersenyum. Dengan suara pelan dia bertanya pada Yool ada apa. Kemudian dia mengikuti arah mata Yool. Dia melihat tangan Yool ada didekatnya. Tanpa kata kata Shenka menurunkan tangan kanannya. Dan kemudian meraih tangan kiri Yool. Menggenggamnya erat. Rasa cemas yang ada dihati Shenka berangsur angsur hilang. Diapun sepanjang perjamuan itu tersenyum walaupun dia harus makan dengan tangan kiri. Memang aneh kejadian kejadian disekitar orang yang jatuh cinta.

***

Saat jamuan selesai, Shenka minta ijin untuk diberi waktu berbicara berdua dengan Yool. Permintaan ini sempat membuat Shin Yang terdiam. Tapi Ge Goong membantu Shenka untuk mendapatkan ijin. Akhirnya Shenka dan Yool berjalan jalan dikomplek istana.

“Kenapa semalam tidak mengatakan kalau besok harus pergi Jepang?” tanya Shenka.

“Feeling,” kata Yool singkat.

“Feeling? Maksudnya?”

“Hanya merasa tidak ingin melihat Oe Nii bersedih. Jadi biarlah kemarin dipenuhi dengan senyuman. Biar menjadi kenangan yang indah. Kalaupun hari ini aku harus melihat wajah Oe Nii yang sedih, aku ikhlas. Oe Nii…Gamsahammida,” kata Yool sambil memberi hormat pada Shenka. Gamsahammida adalah bahasa formal atau yang paling sopan untuk mengucapkan terima kasih.

Shenka sempat kikuk. “Memangnya kenapa? Kenapa harus sampai mengucapkan gamsahammida?”

Yool hanya menggelengkan kepala. Lalu tersenyum lebar. “Pokoknya aku ingin bilang seperti itu.”

“Kau ini aneh.” Shenka memukul lengan kiri Yool keras.

“Oe Nii…jangan memukulku lagi,” kata Yool merajuk.

“Ckk…kita duduk digasebo itu saja. Aku capek jalan.”

“Oh ya, lututmu bagaimana?” Yool nampak sedikit khawatir.

“Tadi pagi Gaea sudah memeriksanya. Dia mengirim salam untukmu.”

“Oh Gaea, akhirnya dia masuk istana. Pasti gara gara Oe Nii,” kata Yool bersemangat.

“Begitulah. Asal dia bahagia, aku akan lakukan yang terbaik untuknya,” kata Shenka menerawang jauh.

“Sudahlah. Tidak perlu mengingat masa lalu Gaea.”

Mereka sampai digasebo sebuah bangunan rumah kayu yang lebih mirip rumah panggung. Warna catnya dominasi warna emas dan merah bata. Bangunan tradisional Korea yang masih terawat baik didalam komplek istana utama.

“Bangunan ini apa namanya Oe Nii?”

“Jageun Goong atau Istana Kecil. Bangunan ini ditempati oleh Bei Ya Park saat usia lima tahun sampai tujuh belas tahun. Saat Bei Ya Park naik tahta, istana ini direnovasi menjadi tempat untuk menyimpan barang barang kerajaan yang berupa dokumen dan beberapa lukisan karya Bei Ya Park dan Uppa,” Shenka menjelaskan. Uppa adalah panggilan untuk kakak keduanya yaitu Park Sang Woo yang bergelar Yeong Junna Ma Ma, pewaris tahta nomer dua.

“Begitu rupanya,” kata Yool sambil menganggukkan kepala. Dia melihat sekeliling. Sepi tapi nyaman. “Aku sedang membangun rumah.”

“Apa?” Shenka terkejut. “Rumah?”

“Iya.” Yool tersenyum. “Di Kitakyushu – Jepang.”

“Jadi selama ini…”

“Aku ingin membuat rumah yang nantinya bisa ditempati dengan nyaman. Tidak perlu bagus, tapi yang jelas harus luas. Untuk interiornya aku banyak menggunakan inspirasi dari elemen air yang menenangkan,” kata Yool menjelaskan.

“Aku tahu kau memang tertarik dengan desain interior. Tapi tidak pernah terpikir kalau kau akan membangun rumah,” kata Shenka pelan sambil memainkan jari jemarinya.

Ada satu ruangan, yang aku beri nama Ojoo ,” Yool tersenyum manis kearah Shenka.

Shenka membelalakkan matanya yang bulat. “Ojoo?”

“Iya. Interiornya bernuansa coklat tanah, warna kesukaan Oe Nii. Seluruh perabotan yang aku pilih berwarna coklat elegan, lalu aku kombinasikan dengan warna ungu. Aku juga menaruh beberapa lukisan bergaya art deco dan artefak klasik dari Indonesia supaya ruangan terasa hangat. Aku tidak bisa janji kapan Oe Nii bisa melihatnya, jadi mohon bersabar ya.”

“Tapi kenapa kau membuat namanya seperti itu?” tanya Shenka menundukkan kepala. Tangannya masih dimainkan untuk menutupi rasa gugup yang tiba tiba menyergapnya.

Yool meraih tangan Shenka yang mulai berkeringat dingin. “Apa perlu aku jelaskan secara detail kenapa aku membuat ruangan itu?”

Shenka mengangkat wajahnya dan melihat kewajah Yool. Wajah yang selama ini ingin sekali dipandangnya setiap hari. Diwajah itulah ada mata Yool yang bisa menenangkan hatinya, ada senyum dari bibir Yool yang bisa menyejukkan pikirannya. Wajah yang begitu familiar tapi belakangan ini menghilang. “Gamsahammida Lee Yool,” kata Shenka pelan.




Tiga hari ini penuh kejutan. Dalam kurun waktu satu bulan belakangan ini banyak kejutan yang muncul dikehidupanku. Christ Lee You…Alec Soon…Lee Yool. Tapi satu hal yang membuatku sedih luar biasa. Kepergian Yool ke Jepang yang cepat membuatku tidak bisa menangis. Satu kesadaran bahwa aku belum bisa menerima kenyataan bahwa dia adalah adikku. Dari sorotan mata orang orang disekitar aku menangkap mereka memcoba mengingatkan, tapi mereka juga takut melukaiku. Sungguh sungguh merepotkan. Sungguh sungguh membuatku lelah. Akan kemana semua ini. Lee Yool…akankah kita tetap seperti sekarang ini bila dilahirkan kembali suatu hari nanti?
…Aug 17th 2006…Diary Park Shenka…

***

Dua hari setelah kepergian Lee Yool, sepucuk kartu pos tiba ditoko dengan alamat ditujukan padaku. Kartu pos hanya bertulis IF YOU LOVE SOMEBODY SET THEM FREE lalu tanda tangan Yool dipojok kanan bawah. Dengan P.S. berbunyi “Oe Nii…maafkan aku. Mungkin ini yang terakhir kalinya aku menulis untukmu. Please open your mailbox.”
Dan sore ini aku duduk didepan komputerku menhadap layar monitor, memandang sebuah foto yang tersenyum. Foto yang amat kukenal bentuk wajah dan tubuhnya. Aku menangis.
“Oe Nii…maafkan aku. Mungkin kali ini aku tidak akan pernah kembali melihatmu lagi. Sakit hati ini akan aku bawa lari bersama langkahku disetiap tempat yang aku singgahi. Jaga dirimu baik baik. Kalau sempat, aku mohon tengoklah ibuku yang juga ibumu sekali kali. Aku tahu aku egois. Maafkan aku Oe Nii kalau aku tidak bisa rela melepaskanmu, jadi aku hanya bisa memohon padamu tolong lepaskan aku. Lupakan aku. Lanjutkan hidupmu. Kita kakak adik. Bukan hanya masyarakat yang menentang kita, tapi juga Tuhan akan murka jika kita teruskan semua ini. Tersenyumlah. Tersenyumlah Kakakku sayang. Foto ini adalah hal terakhir yang bisa aku berikan untuk kau kenang.”
…Aug 19th 2006…Diary Park Shenka…




… to be continue…

No comments:

Related Posts with Thumbnails