Jeong Hoon's Quotation

Thursday, October 9, 2008

Perhaps This Is Life 02



Semalam tidur dengan perasaan marah jadi tidak tenang buat Shenka. Pagi ini dia harus ke Istana Timur. Ada apa sebenarnya Goong Ma Ma mencarinya. Pertanyaan itu selalu ada dibenaknya.

“Hemmm...aku harus tampil elegan dan...wuah...aku ada ide nakal biar Lee You-ssi terpesona, jadi aku bisa membuat dia salah tingkah.” gumam Shenka disertai senyum nakal. “Heemmm...pakai apa ya? Ahh...”

Akhirnya dia menemukan hanbok dengan rok warna merah maroon dan atasan pink muda motif bunga bunga. Rambut ditata dengan gelungan modern dan dihiasi tusuk konde dari batu merah delima.

“Wah...aku kelihatan anggun!” Pekik Shenka pelan tidak percaya melihat dirinya sendiri didepan cermin.

Sekarang dia tidak kalah tinggi dengan Christ. Tinggal make-up natural saja. Dan tidak ketinggalan Kenzo Parfum favoritnya. Yup…Shenka siap bertemu dengan Goong Ma Ma.


*****


“Goong Ojoo Ma Ma,” terdengar suara Christ memanggil diikuti bunyi ketukan dipintu kamar Shenka.

Shenka membuka pintu dan dia tersenyum. Walaupun hanya sepintas, dia bisa menangkap kalau Christ terkesima. Dan Shenka pun tertawa kecil dihatinya. Akhirnya dia berhasil membuat Christ terpesona walaupun cuma sesaat.

“Ayo kita berangkat,” kata Shenka sambil berjalan didepan Christ menuju teras depan. “Lee You-ssi, ini pertama kalinya kamu menjadi pengawal pribadi?” tanyanya sambil tetap berjalan didepan Christ dengan tegap sok angkuh.

“Benar Ma Ma,” sahut Christ pelan. “Tapi sebelumnya saya pernah mengawal Presiden Clinton sewaktu datang kemari dan juga mengawal setiap kali Raja Park mengadakan kunjungan kedaerah-daerah di Korea ini” jelasnya.

Christ membukakan pintu mobil untuk Shenka. Kemudian dia melanjutkan, “Silahkan Ma Ma, saya akan duduk didepan.”

“Baguslah kalau Lee You-ssi ada pengalaman sebagai pengawal. Paling tidak pernah mengawal kakakku, jadi bisa tahu sifat dan sikapku bagaimana,” jelas Shenka sambil tersenyum sebelum masuk kedalam mobil.

“Baik Ma Ma. Saya akan berusaha yang terbaik” kata Christ mantap.


*****

“Nana!” sapa Shenka saat melihat neneknya sedang duduk dimeja teh diruang baca. “Nana mencariku, ada apa?” tanyanya manja.

“Aiyo...kau ini seorang putri, mana boleh bersikap seperti ini didepan Lee You-ssi ha” kata Goong Ma Ma sambil tersenyum kearah Christ.

“Baiklah saya tinggalkan Goong Ojoo bersama anda Goong Ma Ma” kata Christ berpamitan dan kemudian meninggalkan mereka berdua.

“Bukankah dia cakep?” tanya Goong Ma Ma dengan bahasa gaul yang berhasil dipelajarinya dari hobinya membaca majalah untuk anak anak muda.

Bertumpuk tumpuk majalah ada dilemarinya. Dan menjadi ritual untuk membacanya disore hari ditemani secangkir teh hangat.

“Ah...Nana ini, aku malas bicara masalah begituan. Sekarang...beritahu aku ada apa Nana mencariku?” tanya Shenka sambil cemberut.

“Mari ikut nenek” ajaknya.

Dan Shenka pun mengekor dibelakang Goong Ma Ma. Istana Timur adalah tempat favorite Shenka setelah istananya sendiri. Di Istana Timur ini memang didesain dengan model Korea jaman dulu, masih banyak menggunakan perabotan dari kayu. Dan umurnya yang hampir 100 tahun itulah yang dia sukai. Shenka memang suka hal hal yang berbau kuno. Goong Ma Ma seorang kolektor prangko. Sewaktu kecil dia paling suka mencuri koleksi Goong Ma Ma untuk disimpan dialbumnya sendiri. Tapi diantara ruangan yang banyak disini, Shenka paling suka ruangan pusaka. Disini tersimpan semua perhiasan kerajaan milik Goong Ma Ma sewaktu masih menjadi ratu dan juga foto-foto kebesaran Goong Ma Ma bersama Raja terdahulu yang sekarang sudah meninggal dunia dan digantikan oleh Park Shin Yang yang bergelar Bei Ya Ma Ma.

“Nana...kita akan ke ruang pusaka?” tanya Shenka pelan. “Nana, bisakah kau berikan salah satu mahkota yang ada disitu?” tanyanya sambil tertawa cekikikan disamping Goong Ma Ma.

Goong Ma Ma pun hanya tersenyum melihat cucu perempuan satu satunya menggelayut manja dilengannya.

“Memang sudah waktunya kau memiliki sebuah mahkota, iya khan. Lagian kau juga sudah mulai bertugas keluar negeri, jadi harus punya mahkota untuk jamuan-jamuan resmi kenegaraan” kata Goong Ma Ma lembut. “Mari, aku tunjukkan sesuatu untukmu” ajaknya sambil menuntun Shenka masuk ruangan pusaka seperti anak kecil yang baru belajar berjalan. “Ah...ini dia. Bagaimana menurutmu?” tanyanya sambil menunjukkan sebuah mahkota kecil kepada Shenka.

“Untukku?” tanya Shenka bodoh.

“Tentu saja. Bagaimana? Kau suka? Tiara ini terlihat simple memang. Tapi elegan bentuknya. Dengan dihiasi 93 buah batu Ruby Merah. Lihatlah Shenka...amat menawan khan?”

“Nana...bukankah itu terlalu mahal untukku? Maksudku tadi hanya bercanda, jangan dimasukkan hati dong. Lagi pula, bukankah itu mahkota yang Nana pakai sewaktu pertama kali Nana melakukan kunjungan kepulau Ce Juo - Korea?” tanya Shenka sambil mengerutkan dahi.

Sambil mengeluarkan mahkota itu, Goong Ma Ma berkata “Bukankah pas buatmu yang untuk pertama kalinya menjalankan tugas negara keluar negeri. China akan menjadi negara pertama yang akan kau kunjungi dan kau harus tampil prima. Dan semoga mahkota ini bisa membuatmu kelihatan sempurna.”

Sambil tersenyum Goong Ma Ma memberikan mahkota itu kepada Shenka.

“Kalau aku menolaknya berarti aku seorang munafik” kata Shenka sambil cemberut. “Nana terima kasih. Tapi...bagaimana ya? Rasanya kok aneh. Lebih baik Nana yang simpan sampai aku berangkat ke China baru Nana bawakan untukku. Bagaimana?” tanya Shenka sambil memelas.

Sebab Shenka juga bingung mau disimpan dimana mahkota berharga seperti itu diistananya. Kalau sampai hilang, bisa bahaya dirinya.

“Baiklah. Mari, biar nenek simpankan untukmu. Dan sekarang tinggal kau mencari gaun yang pas untuk dikenakan bersama mahkota ini ok” kata Goong Ma Ma sambil tersenyum.

Dan diletakkannya kembali mahkota itu ditempat semula didalam lemari. “Ayo ke ruang baca, masih ada satu lagi yang ingin nenek sampaikan kepadamu.”

Sambil berjalan menyusuri koridor-koridor yang terbuat dari kayu-kayu yang kokoh, mereka berdua asyik berbincang-bincang sampai akhirnya tiba diruang baca kembali. Shenka membuat secangkir teh dengan ditambahkan satu blok gula, ditambah dengan jeruk nipis...hhheeemmm...nikmat rasanya.

Goong Ma Ma tersenyum melihatnya begitu menikmati teh tersebut.

“Shenka...kau sedang bahagia?” tanya Goong Ma Ma.

“He eh” sahutnya singkat sambil menganggukan kepala. “Apakah tidak bahagia namanya kalau dihadiahi seorang bodyguard yang tampan seperti Lee You-ssi?” tanya Shenka dengan suara nakal.

“Kau tahukan ballroom party untuk menyambut ulang tahun Bei Ya Park Ma Ma bulan depan? Tuan Soon Ji You akan datang bersama putranya Alec Soon, kau pasti sudah bertemu dengannya bukan” jelas Goong Ma Ma.

“Yup. Memangnya kenapa?” tanya Shenka sambil menyeruput teh dari cangkirnya.

Hatinya terasa hangat seiring dengan aliran teh yang diminumnya tadi.

“Bukankah dia tampan? Maksudku Alec Soon itu. Dia tampan, pandai dan juga santun menurut nenek”

“He eh...terutama senyumnya Nana. Wuah...cakep banget kalau dia tersenyum. Hhhuuuuhhhh!” berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

Shenka mendengar Goong Ma Ma tertawa kecil.

“Baguslah kalau kau suka. Dalam ballroom nanti secara resmi kau akan dikenalkan dengannya. Kemarin hanya pemanasan saja saat kalian bertemu diistanamu” kata Goong Ma Ma ringan, seringan kapas yang ditiup angin.

Seolah olah tidak mengharapkan sesuatu terjadi atas kalimat yang baru saja diucapkannya itu. Tapi bagi Shenka itu seperti serangan badai angin yang mendadak menyerang hati lalu pikirannya.

“Maksudnya?” tanya Shenka lebih tegas.

“Iya, dikenalkan secara resmi. Yah semacam makcomblanglah” sahut Goong Ma Ma sambil tertawa ringan. “Kau tidak keberatankan?”

Tanpa sadar cangkir yang dipegang berisikan ½ teh sisa dari yang telah diminum Shenka terlepas dari pegangan. Mata Shenka menatap tajam kearah Goong Ma Ma. Dengan mulut menganga lebar disertai bunyi tidak jelas, dia menuntut penjelasan lebih rinci maksud dari “dikenalkan secara resmi”.

Rupanya Goong Ma Ma cepat tanggap melihat reaksi Shenka barusan.

“Jika kau tidak suka pada akhirnya, juga tidak apa-apa. Ini hanya perkenalan saja. Bukan bermaksud menjodohkanmu dengannya. Shenka...Shenka” panggil Goong Ma Ma terdengar samar-samar ditelinga Shenka.

“Nana...” lirih Shenka bergumam. “Aku tidak suka semacam ini.”

“Jika kau tidak suka tidak apa-apa. Nenek bisa mengerti perasaanmu tapi tolong, terimalah perkenalan ini seperti hal biasa. Ini adalah tugas juga. Setiap perkenalan bukan berarti harus berakhir dengan pernikahan. Kami yang tua-tua ini tidak sekolot yang kalian para muda pikirkan” jelas Goong Ma Ma tersenyum.

Tapi tetap saja tidak bisa meredakan rasa marah yang tiba-tiba muncul dihati Shenka. Dia ingin meninggalkan ruang baca itu. Meninggalkan Goong Ma Ma sendiri. Memberi dirinya ruang dan udara yang cukup untuk menurunkan emosi didada saat ini.

“Nana...aku pulang dulu” sambil berdiri meninggalkan cangkir yang tergeletak dibawah kakinya. “Aku akan berusaha untuk mengerti.”

“Shenka...” raut muka Goong Ma Ma terlihat khawatir melihat Shenka melangkah pergi meninggalkannya.

“Kau harus bisa mengerti” itu terakhir yang didengar dari Goong Ma Ma sebelum Shenka berbelok kekanan dan berjalan lurus, semakin jauh meninggalkan ruang baca.

Dihalaman depan seorang pelayan menyambut Shenka dengan salam ramah tapi tidak dihiraukan. Dia melihat Christ berlari lari kearahnya. Perasaan ingin menendang Christ dan menendangnya lagi tiba tiba muncul dalam hati Shenka, supaya amarahnya hilang sesaat.

“Ma Ma, anda sudah selesai?” tanyanya.

“Mana mobilnya?” tanya Shenka sengit.

Christ melambaikan tangan dan lima menit kemudian Shenka sudah ada didalam mobil. Pikirannya tidak karuan. Kenapa dua hari ini penuh dengan kejutan – kejutan buruk. Mobil mereka melalui jalan tepi pantai. Shenka buka jendela lebar-lebar supaya angin laut bisa masuk dan mungkin saja bisa meredakan emosinya. Matanya menerawang jauh kearah laut diseberang kanannya. Hampa. Hampir tidak ada pikiran yang terlintas dalam otaknya. Kosong. Sekering hatinya yang saat ini hanya bisa merasakan sesak.

“Berhenti! Hentikan mobilnya Paman Kim! Aku ingin keluar sebentar!” Shenka memerintah.

Mobil berjalan menepi. Shenka keluar dan mencari jalan menuju kepantai. Jenuh rasanya. Ingin berteriak sekeras-kerasnya. Dia berlari. Semakin besar keinginannya untuk cepat-cepat ketepi laut, semakin cepat dia berlari. Shenka menangis. Perih rasanya. Matanya tergesek oleh airmata dan angin laut. Dia terisak hebat. Dan akhirnya terjerembab jatuh kepasir. Berat rasanya untuk bangkit. Mendadak mati rasa dan kehilangan tenaga. Shenka membiarkan dirinya tertidur dipasir, lemas pasrah tak berdaya. Akankah hari- hari seperti ini akan dia jalani terus sebagai kompensasi atas gelar putri yang disandangnya ini.

“aaahhh...” Shenka mengerang kesakitan.

Seseorang menarik lengannya dengan kuat. Dan tanpa perlawanan dia sudah setengah terbangun saat sadar dia ada dalam dekapan Christ.

Shenka mendongakkan kepala. Dan mata mereka bertatapan. Terlihat wajah kebingungan milik Christ. Rasa ingin menendang tiba-tiba hilang. Tanpa berpikir apa-apa Shenka mencondongkan kepalanya kedada Christ yang sekilas tampak bidang. Sementara tangan Shenka lemas tercengkeram erat oleh tangan Christ. Shenka terdiam. Sunyi. Pelan pelan Shenka bisa mendengar detak jantung Christ. Shenka pun menghela napas berat.

“Goong Ojoo Ma Ma” kata Christ lirih.

Shenka tidak merespon. Dia tetap diam. Selang beberapa detik, airmata yang sudah ditahan akhirnya jatuh juga. Shenka menangis tapi hanya terisak pelan. Dia berusaha mengontrol perasaannya. Jangan sampai dia menangis hebat didada Christ. Bagaimanapun juga Shenka seorang putri, tetap harus menjaga wibawa sebagai seorang putri. Dia mendongakkan kepalanya. Dan terlihat wajah Christ yang bingung olehnya. Shenka tersenyum, ingin memberitahu Christ jangan panik melihat dirinya menangis melalui isyarat mata Shenka, serta senyum Shenka. Shenka berusaha berdiri tegak.

Christ melepaskan cengkeramannya dilengan Shenka.

“Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit emosi” kata Shenka pelan.

“Oh” jawab Christ agak bingung.

“Lee You-ssi...kau lihat itu. Aku ingin duduk dibatu karang itu sebentar ya. Kau mau ikut? Emm...aku takut sebenarnya. Melihat laut begitu biru dan luas dari pantai, begitu indah dan membawa kesejukan. Tapi aku rasa akan sedikit menakutkan kalau dilihat dari atas batu karang itu. Iya kan?” Shenka menoleh mencari persetujuan dari Christ.

Christ mengangguk pelan.

“Mari Ma Ma” katanya sambil menggandeng tangan Shenka. Dan membuat Shenka rada kikuk.

Mereka berjalan bersebelahan. Dalam diam mereka berjalan dipasir yang hangat. Shenka duduk dikarang yang tidak terlalu tinggi, Christ duduk disebelahnya. Shenka diam, Christ pun terdiam. Shenka memandang jauh mencari dimana ujung terjauh dari laut itu.

“Christ...eh bolehkah aku memanggilmu Christ?” tanya Shenka.

“Tentu saja boleh Ma Ma” jawabnya.

“Park Shenka...panggil aku Shenka” katanya sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Christ.

Christ kelihatan kikuk, tapi akhirnya dia menjabat tangan Shenka sambil berkata, “Christ Lee You” sambil tersenyum.

“Christ...kenapa kau bekerja didepartemen luar negeri, apalagi pada bagian intelejen? Bukankah terlalu berbahaya? Apakah pekerjaan lain yang lebih santai kau tidak ingin?” tanya Shenka pelan hampir tak terdengar.

“Ha...maaf?” Tanya Christ.

Dan Shenka pun mengulangi kata-katanya tadi.

Christ hanya tersenyum. Kemudian Christ mulai bercerita tentang cita-citanya. Ternyata dia memang dari kecil suka bermain polisi-polisian. Tokoh favoritnya 007 alias James Bond. Apa yang dia kerjakan sekarang adalah apa yang dia inginkan, jadi resiko apapun nanti dia telah siap. Shenka melihat Christ sangat bangga menceritakan tentang cita-citanya itu. Sekali-kali dia tersenyum lepas tapi kemudian dia berteriak keras-keras menirukan salah satu dialog film James Bond.

“Sebenarnya ingin sih mencoba bidang lain. Ayah ingin saya meneruskan bengkel mobilnya, Ibu ingin saya bekerja kantoran. Saya hanya tersenyum. Saya tahu mereka mengkhawatirkan diri saya. Tapi saya katakan pada mereka bahwa apa yang ingin saya lakukan, hal itulah yang bisa membuat saya bahagia. Pekerjaan banyak macamnya Ma Ma. Tapi ada beberapa orang yang terlahir sudah membawa tanggung jawab karena dia terlahir dengan hak hak istimewa yang akan dia jalankan saat dia dewasa. Misalnya saja Goong Ojoo Ma Ma...”

Shenka membelalakan mata.

Christ hanya tersenyum.

“Anda seorang putri sejak lahir, bahkan sebelum anda lahir pun banyak orang menunggu-nunggu kehadiran anda. Pasti anda punya hak istimewa serta tanggung jawab yang berbeda dengan orang biasa. Yang membuat kita sama adalah kita sama-sama manusia yang bebas dan memiliki tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab erat hubungannya dengan kehidupan. Tanggung jawab berbeda-beda membuat hidup kita berbeda bila dibandingkan dengan orang lain. Dan kita harus berterima kasih karenanya. Sebab dengan begitu kita telah melengkapi satu sama lain. Bukankah begitu?”

Shenka masih menatap Christ yang asyik berkata kata sambil menerawang jauh memandang laut. Tiba tiba kaki Shenka terasa sakit. Dia menjerit sekuat-kuatnya.

Christ terkejut dan segera mendekat. Lalu dia tertawa terbahak-bahak.

Muka Shenka memerah karena malu.

“Dasar kepiting jelek” umpat Shenka pelan. “Eh...kenapa kau masih tertawa, lucu ya melihatku kesakitan?” tanyanya sewot.

Sambil menahan tawanya Christ menyahut, “Tidak...tidak... maafkan saya Ma Ma, hanya saja...” dia tertawa lagi sampai tidak bisa menyelesaikan kalimatnya tadi.

Kepiting itu telah Christ lepas dari kaki Shenka dan dibuangnya kembali kelaut.

Shenka mengelus-elus kakinya yang merah. Untung tidak berdarah. Dia menoleh kearah Christ ditempat semula dia duduk, tapi tidak ditemukan oleh Shenka.

“Kemana dia ya?” tanya Shenka dalam hati.

“Ma Ma!” suara Christ terdengar lembut dari arah belakang punggung Shenka. “Kenakan syal ini dengan rapat, angin laut mulai kencang. Dan kesimpulan untuk pembicaraan tadi adalah…LOOK FOR THE BEST IN OTHERS...” katanya pelan dekat telinga Shenka.

Shenka menjengit kaget, tapi dia hanya diam tidak bereaksi. Pelan pelan dia merasa nyaman saat Christ ada dibelakangnya. Rasanya ingin dipeluk olehnya. Christ sudah kembali duduk disebelahnya tetapi kali ini lebih dekat disebelah kanannya. Shenka hanya tersenyum saat Christ menoleh untuk melihatnya.

“Begitu ya...look for the best in others” kata Shenka mengulangi.

“Betul. Huhhhh...sudah hampir sore, udara mulai dingin dan air pun mulai pasang. Kita pulang?”

“Yup...tapi aku masih ingin jalan jalan. Kau temani aku yah. Minggu depan ulang tahun kakakku. Aku belum sempat mencarikan hadiah”

“Baik Ma Ma”

“Eh...kau tadi bilang apa, coba ulangi sekali lagi?” tantang Shenka sambil mengepalkan tinju kearah Christ.

“Baik baik Shenka. Tapi tetap aku akan memanggilmu Ma Ma bila ada orang lain okay…” katanya sambil tersenyum.

Mereka menuruni batu karang pelan pelan. Kaki Shenka jadi kotor oleh pasir. Tidak tahu dari mana tiba tiba dia ada keberanian untuk melemparkan sepasang sepatunya kearah Christ hanya untuk menggodanya.

Christ menoleh sambil berlagak kesakitan.

“Suruh siapa jalan didepanku ha” kata Shenka sambil tertawa tawa meninggalkan Christ yang masih berjongkok berpura pura kesakitan. “Ayo cepat jalan” kata Shenka berlagak memerintah.

Dengan tersenyum Christ bangkit. Kemudian berlari lari kecil menyusul Shenka. Tak pernah terpikirkan oleh Shenka bahwa Christ seorang yang hangat. Shenka berjalan sambil menegakkan kepalanya sambil tersenyum puas. Terima kasih Christ, dalam hati Shenka mengucapkan.





...to be continue...
by c.k.s.

our poem john hoon

1 comment:

Ousizch said...

Kim Jeong Hoon Indonesia, Your blog is very nice and you had good content!
Stayed to built a blog that was useful for visitor and always thought to publish content that was great. Heeee, just support you…………………

Hope u have a great day!

From: Ousizch
http://www.ecpassistant.blogspot.com

Related Posts with Thumbnails