Jeong Hoon's Quotation

Friday, June 26, 2009

Perhaps This Is Life 18



Yool sudah kembali kerumahnya. Hide dan Hee menemaninya keluar dari rumah sakit, sementara itu Selir Lee berbenah dirumah. Yool disambut seperti raja yang pulang dari perang. Terlalu berlebihan menurut Yool. Tapi Selir Lee berkilah, berlebihan pun tidak masalah karena Yool adalah putra satu satunya yang dia miliki. Akhirnya mereka menutup acara kumpul kumpul itu dengan acara minum teh bersama seperti kebiasaan orang orang Korea yang hobby nongkrong.

Hee dan Hide didalam mobil menuju rumah Hee. Hide menyalan radio keras keras.

“Kenapa sich kau tidak bawa mobil sendiri? Ayahmu khan produsen mobil?” Tanya Hide yang kesal harus mengantar jemput Hee setiap kali.

“Kenapa memangnya? Nggak iklas?!?”

“Bensin mahal Tuan Muda…jadi kau sekarang bayar aku.” Hide menengadahkan tangannya.

“Dasar pelit!!!”

“Pelit kau bilang?!? Yang benar saja!!! Aku isi bensin sekarang, kau yang bayar!”

Hide belok ke kiri, masuk ke stasiun pengisian bahan bakar. Dengan cepat dia bilang, “ 25 liter Pak!”

“APA?!?” Hee melotot. “Tidak kebanyakan?!?”

“Sekalian buat tiga hari. Ayo mana…?!?” Hide mendelik sambil menengadahkan tangannya kemuka Hee.

“Kau ini…sama teman sendiri hitung hitung,” kata Hee cemberut.

“Ayo sudah mana…buruan…nggak enak sama yang jaga.” Begitu menerima uang dari Hee, Hide langsung turun dari mobil dan membayar. Tidak lama dia sudah kembali kedalam mobil. “Makasih ya Hee,” katanya sambil tersenyum.

“Iya!” jawab Hee singkat masih dengan memoyongkan bibirnya.

“Jangan begitulah Hee. Uangku habis. Kalau tidak terpaksa aku nggak akan perhitungan seperti ini tau.”

…sore ini Putra Mahkota Park Jeong Hoon masuk rumah sakit. Belum jelas apa penyebabnya. Pihak istana belum memberikan keterangan secara resmi…

Hee dan Hide saling berpandangan. Secepatnya Hee mengambil HP-nya dan menelephon Yool. Yool sama terkejutnya. Dia belum memberikan kepastian apakah akan menelephon istana atau tidak.


Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω


Sementara itu diistana…Shenka hilir mudik menunggu Christ untuk menyiapkan mobil ke rumah sakit. Shin Yang sendiri tidak bisa pergi ke rumah sakit karena protokoler istana yang ketat. Karena itu Shenka dan Ge Goong Ma Ma lah yang mendapat tugas menemani Putra Mahkota malam ini.

“Hwang-ssi tolong kasih tahu kakakku tentang berita ini,” perintah Shenka panik.

“Maksud Goong Ojoo, Yeong Junna?!?” Tanya Hwang-ssi ragu ragu.

“Tentu saja! Hanya dialah yang diluar istana.” Shenka nampak kesal.

Christ buru buru lari kearah Shenka. “Mobil sudah siap Ma Ma. Saya sendiri yang akan membawanya. Paman Kim tidak enak badan. Silahkan Ma Ma.”

Tanpa banyak berbicara Shenka bergegas masuk kemobil. Selama perjalanan ke rumah sakit Shenka lebih banyak diam. Christ tahu kepanikan yang dirasakannya. Park Jeong Hoon adalah anak kedua dari Bei Ya Park. Anak pertamanya seorang putri yaitu Park Ji Woo. Karena anak pertama seorang perempuan, maka dia tidak berhak naik tahta. Dan yang menggantikannya adalah anak kedua yang kebetulan seorang laki laki. Putra Mahkota masih berumur tujuh tahun saat ini. Tapi sejak umur tiga tahun dia sudah didiaknosa menderita alergi ikan tuna. Sejak saat itulah makanannya dijaga ketat oleh dapur istana. Khusus untuk menjaganya, Shin Yang menugaskan tiga koki khusus, dua ahli perasa dan dua orang pelayan yang selalu mengawasi acara makan Putra Mahkota.

“Shenka…” panggil Christ pelan.

Shenka mengangkat wajahnya, “Iya Christ?!”

“Cobalah untuk tenang. Bei Ya dan Ge Gong Ma Ma pasti panik saat ini. Jadi kau harus bisa lebih tenang supaya bisa membantu mereka.” Christ berusaha menghibur.

“Seandainya ada Yool, mungkin dia bisa memberi pendapat,” gumam Shenka pelan tapi Christ mendengarnya.

“Memangnya apa hubunganya dengan Yool?”

“Ieong Junna terkena alergi, makanya bisa sakit seperti ini. Beberapa bulan yang lalu sebelum Yool berangkat ke Jepang, aku sempat membahas tentang alergi dengannya.”

“Kau bisa menghubunginya sekarang,” kata Christ setengah hati karena cemburu.

“Aku tidak tahu sekarang dia ada dimana,” kata Shenka pelan. Matanya menerawang keluar. Dia cemas tapi juga bingung apa yang harus dilakukannya. Sang Woo dan Yool tidak ada disampingnya saat ini.

“Bukankah dia di Jepang?” Tanya Christ pelan.

Shenka hanya menggelengkan kepala. “Dia mengirim email padaku. Dia akan keliling dunia untuk melupakan semuanya.” Kali ini suara Shenka bergetar.

“Sudahlah. Masih ada aku. Kau harus ingat itu. Kau bisa mengandalkan aku jika kau mau. Kau harus memberiku kesempatan. Buka hatimu Shenka. Biar aku membantumu.” Christ melihat Shenka yang duduk dikursi belakang dari kaca spion dengan cemas.

Shenka tersenyum kearah Christ, lalu dia bangkit dan menepuk pelan bahu Christ, “Sekarang aku hanya punya dirimu, jadi kau harus membantuku sebisa mungkin okay…”

Christ tersenyum bahagia. Saat saat seperti inilah dia harus bisa menenangkan hati Shenka. Kedengarannya memang egois tapi inilah hidup. Christ berusaha untuk mengisi kekosongan Yool dihati Shenka dengan pelan pelan


Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω


Saat diruang VVIP, Shenka dan Christ menemukan Ge Goong Ma Ma dan Selir Lee. Mereka tampak cemas. Sementara itu Ieong Junna masih terbaring lemah dengan kulit merah melepuh disekujur tubuhnya, persis seperti habis over-heat. Napasnya berat seperti terkena asma. Ge Goong Ma Ma tak henti hentinya menangis. Wajah yang selama ini dikenal paling ceria diistana telah berubah menjadi sembab. Shenka hanya bisa mengucapkan kata kata klasik untuk menghiburnya.

“Ge Goong Ma Ma, istirahat pulang. Biar malam ini aku dan Christ yang menjaga Ieong Junna. Juga sampaikan kabar keadaan Ieong Junna kepada Bei Ya. Pasti beliau juga cemas menunggu berita,” kata Shenka pelan, duduk disebelah Ge Goong Ma Ma.

Ge Goong Ma Ma hanya menggeleng pelan. “Aku ingin disampingnya. Aku ingin dia melihatku saat dia sadar.” Sambil mengusap air matanya dia tersenyum kearah Shenka. “Kau antar Nyang Ma Ma pulang. Sekarang sudah jam 10 malam. Malam ini biar aku yang jaga. Kau pulang juga nanti jam 12 ya. Sekarang aku mau bertemu dengan dokter, jadi tolong jagakan Ieong Junna sebentar untukku. Bisa khan Goong Ojoo?”

“Baiklah kalau begitu,” jawab Shenka pelan

Ge Goong Ma Ma bangkit dari kursinya, menghampiri Selir Lee dan mengucapkan beberapa kalimat sebelum akhirnya dia menuju ruang dokter dilantai tiga.

Selir Lee menghampiri Shenka. Pelan dia memegang pundak Shenka dan tersenyum. “Kau baik baik saja khan Goong Ojoo?”

Shenka mengangguk pelan. “Nyang Ma Ma juga khan?”

Selir Lee juga mengangguk pelan. “Aku sudah mengabarkan hal ini pada Yool. Aku hanya bisa bilang kalau sekarang istana mungkin benar benar sedang membutuhkan bantuannya. Semoga saja itu bisa membuatnya pulang.” Selir Lee tersenyum kearah Shenka.

“Iya Nyang Ma Ma. Tapi bagaimana ini semua bisa terjadi? Bukankah selama ini Bei Ya telah menugaskan beberapa orang untuk mengawasi makanan Ieong Junna? Kenapa?” Shenka menggelengkan kepala dengan putus asa.

“Yang aku dengar, hari ini Ieong Junna masuk sekolah kerajaan untuk pertama kalinya. Saat makan siang itulah dia memakan Steak Tuna dan habis dua potong besar. Heeehhhh…hanya butuh waktu 30 menit untuk bereaksi. Ieong Junna mendadak kejang dan sesak napas, berangsur angsur kulitnya memerah. Untung saja para pengawal istana cekatan membawanya ke rumah sakit. Ge Goong Ma Ma merasa bersalah karena tidak menemaninya masuk sekolah untuk pertama kalinya. Padahal Ieong Junna sudah merengek rengek minta ditemani. Entahlah Goong Ojoo…dokter belum berani memberikan prediksi. Mereka menunggu sampai Ieong Junna sadar. Untung panasnya sudah turun sekarang. Saat aku datang sore tadi, panasnya sampai 40 derajat.” Selir Lee berhenti bicara. Dia membelai pelan kening Ieong Junna. “Kasihan Ieong Junna.”

Shenka hanya terdiam. Kosong. Hati dan pikirannya benar benar kosong. Dia tidak berani mengira ngira apa dampak dari semua ini pada diri Ieong Junna. Ieong Junna masih kecil, mungkin saja bisa sembuh sejalan dengan pertumbuhannya. “Nyang Ma Ma, biar Christ antar anda pulang. Ini sudah larut. Besok datang lagi ya,” kata Shenka sambil tersenyum.

“Tidak usah repot Goong Ojoo. Tadi saya membawa sopir sewaktu kemari. Jadi biar Christ menemai anda disini. Kalau begiru saya pamit dulu. Salam untuk Ge Goong Ma Ma ya.” Selir Lee beranjak dari kursinya. Dia mencium kening Ieong Junna sebentar, lalu berbisik pelan, “Junna…cepat sembuh ya. Jangan membuat Ibumu khawatir.”

“Biar Christ mengantar anda sampai pintu depan Nyang Ma Ma,” kata Shenka sambil melihat kearah Christ.

Christ mengangguk pelan. “ Silahkan Nyang Ma Ma. Saya akan mengantar anda sampai masuk mobil.”

Akhirnya Shenka duduk sendiri diruangan itu. Dia memandangi Ieong Junna dengan tampang bingung. Kenapa ketiga pewaris tahta tidak ada yang benar benar memberikan suatu keyakinan kalau mereka adalah calon raja yang sehat wal afiat dan setia pada Negara. Ieong Junna menderita sakit sakitan. Yeong Junna menderita karena kebebasan yang diidam idamkan. Dan Seong Junna menderita karena cinta.




...to be continue...

No comments:

Related Posts with Thumbnails